Sosial Media Membuat Hidupku Tidak Bahagia
Jika kamu merasakan seperti yang saya alami, silahkan diteruskan membaca tulisan saya ini. Saya terlalu malas untuk melakukan riset lebih mendalam mengenai ini, jadi ini adalah Opini Pribadi Saya
Mencoba Mengerti Sosial Media
Sosial Media / Sosmed / Media Sosial / Medsos adalah sebuah platform digital yang memungkinkan kita untuk berinteraksi dengan orang lain. Awalnya sosial media digunakan untuk tempat berbagi informasi, tempat mencari teman dengan instan dan hal bermanfaat lainnya.
Bermain sosial media (Instagram, Facebook, Twitter, WA, Youtube, dll) memang bisa menghilangkan stress atau bosan dan membuat hidup menjadi lebih asik dan seru. Namun dibalik itu semua tentu ada sisi negatifnya. Dulu saya termasuk orang yang sering aktif sosial media sampai saya merasakan sebuah adiktif dari sebuah sosial media. Salah satu dampak negatif yang mendasari tulisan ini adalah membuat seseorang bisa menjadi kecanduan
Tentunya dampak negatif tersebut tidak terlepas dari kemunculan TikTok.
Kemunculan TikTok
TikTok adalah platform media sosial yang berasal dari China, diciptakan tahun 2016 oleh perusahaan ByteDance. TikTok memiliki basis yang mirip dengan Musical.ly, sebuah platform media sosial yang ada sejak 2014. Di dalam negeri China, platform ini dikenal sebagai Douyin, sedangkan di pasar internasional dikenal sebagai TikTok. Pada tahun yang sama (2016), ByteDance mengakuisisi Musical.ly dan menggabungkannya dengan TikTok.
Awalnya kehadiran TikTok tidak disambut baik oleh kebanyakan orang di seluruh dunia, bahkan ada periode di mana platform ini mendapat sejumlah kritik dan kontroversi. Masalah privasi tentunya.
Kemunculan TikTok yang menjadi lebih terkenal dan viral karena pandemi covid-19 membuat media sosial lain menirukan platform ini. Youtube dengan shorts nya, Instagram dengan reels nya mengimplementasikan metode video pendek dan juga algoritma yang sama.
Pengaruh Buruknya
Jika saya sadari ketika melakukan scrolling pada media sosial terutama pada konten video pendek saya seperti terhipnotis. Saya dengan tidak sadar terus melakukan scrolling sampai sampai waktu 2 jam pun tidak terasa. Hal inilah yang menyababkan saya (dan banyak orang lainnya) merasa tidak produktif.
Terlebih lagi konten video yang ada pada aplikasi tersebut sebagian besar bersifat acak namun sesuai dengan yang kita sukai. Kebanyakan konten video menampilkan sebuah informasi dengan penyampaian yang singkat karena memang singkat itulah yang mereka jual.
Dampaknya ketika saya menonton konten dengan singkat seperti itu selain tidak terasa telah menghabiskan waktu berjam jam, saya juga menjadi cepat bosan. Mungkin kalian mengalaminya juga, karena secara tidak sadar mengganti ganti konten dengan periode yang cepat membuat fokus otak cepat teralihkan
Penutup
Apakah tulisan ini mengkampanyekan sebuah penghentian menggunakan sosial media ? tentu tidak. Saya hanya berbagi informasi mengenai yang saya alami. Tentunya masih banyak orang yang tetap bisa fokus, produktif, bahagia walaupun masih menggunakan sosial media, bahkan ada yang memang pekerjaan utamanya berhubungan dengan sosial media.